- JUMHANI MAN 5 Bogor: Menumbuhkan Rasa Syukur Sebagai Kunci Kebahagiaan
- Ekskul Paskibra MAN 5 Bogor Laksanakan Latihan Dasar Baris-Berbaris
- KIR MAN 5 Bogor Lakukan Studi Visit ke HOB Farming
- Pendidikan Etika di Era Digital
- Semangat Kebugaran Melalui Kegiatan RAHAJA (Rabu Sehat Jasmani)
- Upacara Bendera: Bentuk Pembinaan Kedisiplinan di MAN 5 Bogor
- MPK MAN 5 Bogor Adakan Kumpul Anggota Bahas Pengenalan dan Pendaftaran KMKB
- MPK MAN 5 Bogor Adakan Kumpul Anggota Bahas Pengenalan dan Pendaftaran KMKB
- MPK MAN 5 Bogor Adakan Kumpul Anggota Bahas Pengenalan dan Pendaftaran KMKB
- Tumbuhkan Minat Baca dan Refleksi Diri, MAN 5 Bogor Gelar Kegiatan SERASI (Selasa Literasi)
Pendidikan Etika di Era Digital
Tanggung Jawab Bersama Sekolah dan Keluarga

Keterangan Gambar : Penandatanganan Deklarasi Anti Bullying MAN 5 Bogor Berlaku Untuk Semua Warga MAN 5 Bogor
Perkembangan teknologi informasi membawa dampak besar dalam dunia pendidikan. Di satu sisi, kemajuan digital memberi kemudahan dalam proses belajar. Namun di sisi lain, dunia digital juga menghadirkan tantangan baru dalam menjaga etika dan moralitas peserta didik.
Belum lama ini terjadi kasus pelanggaran etika dan ITE di kalangan pelajar, di mana beberapa siswa secara diam-diam mengambil foto gurunya, mengeditnya menjadi stiker bernuansa penghinaan, dan menyebarkannya di grup whatsapp mereka. Bahkan, muncul ujaran tidak pantas seperti menyebut guru dengan kata-kata kasar dan merendahkan.
Perilaku seperti ini tidak hanya melanggar norma sekolah, tetapi juga mencederai nilai-nilai agama. Dalam Islam, menghormati guru adalah bagian dari akhlak mulia dan tanda keimanan seseorang. Rasulullah ﷺ bersabda:
Baca Lainnya :
- Semangat Kebugaran Melalui Kegiatan RAHAJA (Rabu Sehat Jasmani)0
- Upacara Bendera: Bentuk Pembinaan Kedisiplinan di MAN 5 Bogor0
- MPK MAN 5 Bogor Adakan Kumpul Anggota Bahas Pengenalan dan Pendaftaran KMKB0
- MPK MAN 5 Bogor Adakan Kumpul Anggota Bahas Pengenalan dan Pendaftaran KMKB0
- MPK MAN 5 Bogor Adakan Kumpul Anggota Bahas Pengenalan dan Pendaftaran KMKB0
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ كَبِيرَنَا، وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا، وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ
“Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua, tidak menyayangi yang lebih muda, dan tidak mengetahui hak orang yang berilmu (guru).” (HR. Ahmad dan Al-Hakim)
Guru memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam, sebagaimana Allah SWT berfirman:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujādalah [58]: 11)
Perbuatan seperti mengolok-olok, menghina, atau merendahkan orang lain—terlebih guru—secara jelas dilarang dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Ḥujurāt ayat 11:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰ أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِّن نِّسَاءٍ عَسَىٰ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang diperolok) lebih baik dari mereka (yang mengolok). Dan jangan pula perempuan-perempuan mengolok-olok perempuan lain, boleh jadi yang diperolok lebih baik dari mereka. Janganlah kamu saling mencela dan memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah panggilan yang buruk setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Ḥujurāt [49]: 11)
Ayat ini menegaskan bahwa mengolok-olok orang lain merupakan perbuatan yang menyalahi iman dan termasuk bentuk kezaliman moral.
Namun, perilaku tidak sopan terhadap guru sering kali tidak muncul begitu saja. Lingkungan pergaulan dan keluarga memiliki peran besar dalam membentuk kepribadian anak. Ketika anak tumbuh di lingkungan yang permisif terhadap perilaku kasar, atau terbiasa melihat orang dewasa saling mencela di media sosial, maka hal itu akan dianggap wajar olehnya.
Lebih memprihatinkan lagi, kini muncul fenomena sebagian orang tua yang justru membela dan menormalisasi perilaku tidak sopan anak terhadap gurunya, sebagaimana pernah terjadi di SMA Negeri 1 Cimarga, Banten, di mana orang tua malah menyerang balik guru yang menegur anaknya. Sikap seperti ini tidak hanya mengaburkan batas moral, tetapi juga melemahkan wibawa pendidik di mata peserta didik.
Padahal, Rasulullah ﷺ telah memperingatkan bahwa setiap orang tua memikul tanggung jawab atas pendidikan moral anaknya:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh karena itu, pendidikan etika tidak dapat dibebankan hanya kepada sekolah. Sinergi antara guru dan orang tua sangat penting dalam membentuk karakter peserta didik. Sekolah berperan menanamkan nilai dan disiplin, sedangkan keluarga berperan memberikan keteladanan dan penguatan moral di rumah.
Kasus seperti ini hendaknya menjadi pelajaran bersama bahwa akhlak dan etika adalah fondasi utama dalam pendidikan. Di tengah kemajuan teknologi dan kebebasan berekspresi, nilai-nilai hormat, sopan santun, dan tanggung jawab sosial harus terus dijaga agar generasi muda tidak kehilangan arah moralnya.
Bangsa yang besar tidak hanya dibangun oleh orang-orang cerdas, tetapi oleh generasi yang beradab dan berakhlakul karimah.
Penulis: Jubaedah