Gelombang Demonstrasi 25–31 Agustus 2025: Perspektif Agama dan Nilai Kebangsaan
Oleh: Jubaedah (Guru Bahasa Arab MAN 5 Bogor)

By Jubaedah Syu\\ 31 Agu 2025, 08:53:41 WIB Humas
Gelombang Demonstrasi 25–31 Agustus 2025: Perspektif Agama dan Nilai Kebangsaan

Keterangan Gambar : Sebuah Pesan Untuk Generasi Emas MAN 5 Bogor


Ditulis pada: 31 Agustus 2025

Akhir Agustus 2025, Indonesia diguncang gelombang demonstrasi besar yang berujung kerusuhan di berbagai kota. Aksi massa yang semula bertujuan menyuarakan keadilan atas kebijakan DPR dan kasus meninggalnya seorang pengemudi ojek online, berubah menjadi bentrokan dengan aparat, pembakaran fasilitas umum, hingga menelan korban jiwa.

Dalam perspektif Islam, situasi seperti ini perlu dilihat dengan kacamata keadilan, amar ma’ruf nahi munkar, serta tanggung jawab sosial agar protes tidak bergeser menjadi fitnah dan kerusakan.

Baca Lainnya :

Gelombang demonstrasi yang terjadi pada 25–31 Agustus 2025 menjadi catatan penting dalam perjalanan demokrasi Indonesia. Aksi ini terjadi di berbagai kota, termasuk Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, dan Bali, dan menjadi cermin dinamika sosial-politik serta ujian kedewasaan bangsa dalam menyalurkan aspirasi.

Fakta Peristiwa

25 Agustus 2025: Ribuan mahasiswa, pekerja, dan elemen masyarakat menggelar aksi di Jakarta, menuntut pembatalan tunjangan anggota DPR yang dianggap tidak proporsional. Aksi ini berujung bentrokan dengan aparat kepolisian. (apnews.com)

28 Agustus 2025: Pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, tewas akibat tertabrak kendaraan taktis Brimob saat aksi di Pejompongan, Jakarta. Insiden ini memicu eskalasi kekerasan. (liputan6.com)

29 Agustus 2025: Demonstrasi melanda sedikitnya 13 kota di Indonesia. Beberapa gedung dewan daerah dibakar, dan bentrokan terjadi di berbagai lokasi. (reuters.com)

30 Agustus 2025: Tiga orang tewas dalam kebakaran gedung DPRD di Makassar, Sulawesi Selatan. (timesofindia.indiatimes.com)

31 Agustus 2025: TikTok menangguhkan fitur siaran langsung di Indonesia untuk membatasi penyebaran konten yang memicu kekerasan. (omni.se)

Perspektif Agama

Islam mengajarkan agar menyampaikan aspirasi dilakukan dengan adab, hikmah, dan tidak merusak.

Al-Qur’an:
اللّهُ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
(QS. An-Nahl [16]: 90)
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”

Hadis Rasulullah ﷺ:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: «المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ، لا يَظْلِمُهُ ولا يَخْذُلُهُ ولا يَحْقِرُهُ»
(HR. Muslim, no. 2564, shahih)
Artinya: “Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, ia tidak menzaliminya, tidak membiarkannya, dan tidak menghinanya.”

Hadis ini mengingatkan bahwa dalam perbedaan pendapat, umat Islam tetap harus menjaga ukhuwah, kedamaian, dan tidak merugikan sesama warga.

Nilai Kebangsaan

Demonstrasi adalah hak demokrasi, namun harus dilakukan dengan tertib dan damai, serta tetap menjaga persatuan bangsa.

Pancasila, khususnya sila ketiga “Persatuan Indonesia”, menekankan pentingnya gotong royong, musyawarah, dan keadilan sosial. Generasi muda harus menyadari bahwa perbedaan pendapat adalah bagian dari demokrasi, namun keutuhan bangsa harus diutamakan.

Hikmah bagi Generasi Penerus Bangsa

1. Menjaga Etika dalam Menyampaikan Aspirasi – Kritik dan protes harus disampaikan dengan santun, damai, dan konstruktif.

2. Memperkuat Persatuan – Perbedaan pendapat adalah peluang berdialog, bukan untuk berkonflik.

3. Berperan Aktif dalam Demokrasi – Generasi muda harus belajar berpartisipasi secara positif dalam pembangunan bangsa.

4. Belajar dari Sejarah – Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya komunikasi antara pemerintah dan masyarakat.

Penutup

Gelombang demonstrasi 25–31 Agustus 2025 bukan sekadar peristiwa politik, tetapi cermin perjalanan bangsa. Dengan memahami perspektif agama dan nilai kebangsaan, generasi muda dapat mengambil hikmah untuk menjadi agen perubahan yang cerdas, berakhlak, dan menjaga persatuan Indonesia. (humas)




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment