Breaking News
- MAN 5 Bogor Terbitkan Surat Edaran Klarifikasi Terkait Informasi PIP yang Beredar di Media Sosial
- Classmeet 2025 (Sporia Fest) Hari Ke-6: Semifinal dan Final Voli Putra-Putri Sukses Digelar
- Pemeliharaan dan Pemindahan Alat Laboratorium IPA Jelang Renovasi Ruang Lab. IPA
- KIR MAN 5 Bogor Ikuti Kegiatan SIBER KIR di SMAN 3 Tangerang
- MAN 5 Bogor Gelar Wisata Religi dalam Rangka Milad ke-30
- Pramuka MAN 5 Bogor Lakukan Pengecatan Tongkat untuk Persiapan “Kerang Arena Season 2”
- CLASSMEET 2025 (Sporia Fest) Hari Ke-4
- MAN 5 Bogor Gelar Classmeet 2025 “Sporia Fest” dengan Beragam Lomba Seru
- Rapat Koordinasi Renovasi Gedung MAN 5 Bogor Bersama Tim Kontraktor PUPR
- Ragam Produk Kokurikuler Lintas Mata Pelajaran MAN 5 Bogor Dipasarkan
KATANYA GURU, KOK GAK MASUK KELAS? (SEBUAH TULISAN OTOKRITIK)
Peran Sentral Guru dalam Perspektif Kurikulum Berbasis Cinta

Keterangan Gambar : Karena teknologi secanggih apapun, takan pernah bisa menggantikan peran guru di kelas sebagai pendidik
Pengantar
Kehadiran guru di kelas bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah kehadiran spiritual, emosional, dan intelektual. Ungkapan "Katanya guru, kok gak masuk kelas?" bukan hanya sindiran, tapi juga jeritan nurani siswa dan tamparan reflektif bagi dunia pendidikan. Di era Kurikulum Merdeka yang ditopang oleh Kurikulum Berbasis Cinta (KBC), kehadiran guru harus dimaknai sebagai manifestasi tanggung jawab, kasih sayang, dan komitmen terhadap tumbuh kembang peserta didik.

Makna Kehadiran Guru di Kelas
Guru bukan sekadar penyampai materi, tetapi fasilitator kehidupan, inspirator, dan pendamping jiwa. Ketidakhadiran guru di kelas berdampak tidak hanya pada kelangsungan pembelajaran, tapi juga pada ikatan psikologis antara guru dan peserta didik. Dalam KBC, kehadiran guru dimaknai sebagai wujud cinta hadir—cinta yang menjelma dalam bentuk konsistensi, perhatian, dan keteladanan.
Kurikulum Berbasis Cinta: Menyemai Kasih dalam Pembelajaran
Kurikulum Berbasis Cinta menempatkan relasi manusiawi di atas prosedur teknis. Guru dipandang sebagai figur sentral yang membangun iklim kelas penuh kehangatan, bukan ketakutan. Ketika guru absen tanpa alasan kuat atau berulang kali, siswa kehilangan kompas emosionalnya. Cinta dalam pendidikan berarti hadir, menyapa, mendengarkan, dan memanusiakan.

Konsekuensi Ketidakhadiran Guru
Dalam konteks profesionalitas, guru yang tidak masuk kelas secara terus-menerus tanpa pengganti atau solusi alternatif mencederai hak peserta didik atas pendidikan bermutu. Lebih dari itu, ia merusak kepercayaan, menyuburkan sikap permisif, dan menjauh dari nilai-nilai luhur pendidikan. Hal ini bertentangan dengan semangat KBC yang menekankan cinta sebagai tindakan nyata, bukan sekadar slogan.
Menjadi Guru yang Hadir Sepenuh Hati
Hadir secara fisik di kelas belum tentu berarti hadir secara batin. KBC mendorong guru untuk hadir dengan utuh—membawa empati, mendidik dengan hati, dan mengobarkan semangat belajar. Guru yang hadir dengan cinta tidak hanya mengajar, tetapi membangkitkan harapan, membangun mimpi, dan menyalakan makna.

Kesimpulan
Kurikulum Berbasis Cinta menantang para guru untuk tidak hanya sekadar hadir secara administratif, tetapi hadir secara eksistensial. Ungkapan “Katanya guru, kok gak masuk kelas?” adalah panggilan untuk kembali ke jati diri guru sejati—yang hadir bukan karena kewajiban, melainkan karena cinta. Sebab pendidikan sejati tumbuh dari kehadiran yang penuh makna dan kasih.
Penulis: Indra Parimarma (Guru MAN 5 Bogor sejak Tahun 2000)
Write a Facebook Comment
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook
View all comments

.jpg)








