Breaking News
- Rapat Kerja Awal Tahun Ajaran 2025/2026
- English Club Tampil Memukau dengan Drama Musikal di MATSAMA MAN 5 Bogor
- Seru dan Edukatif! Ekskul KIR Tampilkan Reaksi PeKa dan Game Interaktif di MATSAMA MAN 5 Bogor
- Ekskul Kaligrafi Tampilkan Kegiatan dan Karya Terbaik di MATSAMA MAN 5 Bogor
- 18 Siswa MAN 5 Bogor Lolos ke Tingkat Provinsi dalam Ajang OSN 2025
- Drama “PMR Goes Adventure” Meriahkan Demo Ekskul MATSAMA MAN 5 Bogor 2025
- Ekskul Robotik Unjuk Karya dalam Demo Ekskul MATSAMA MAN 5 Bogor 2025
- KATANYA GURU, KOK GAK MASUK KELAS? (SEBUAH TULISAN OTOKRITIK)
- Apel Pembukaan MATSAMA MAN 5 Bogor Tahun Ajaran 2025/2026 Berlangsung Khidmat
- MENJADI GURU ADALAH PANGGILAN HATI, BUKAN SEKADAR PROFESI
KATANYA GURU, KOK GAK MASUK KELAS? (SEBUAH TULISAN OTOKRITIK)
Peran Sentral Guru dalam Perspektif Kurikulum Berbasis Cinta

Keterangan Gambar : Karena teknologi secanggih apapun, takan pernah bisa menggantikan peran guru di kelas sebagai pendidik
Pengantar
Kehadiran guru di kelas bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah kehadiran spiritual, emosional, dan intelektual. Ungkapan "Katanya guru, kok gak masuk kelas?" bukan hanya sindiran, tapi juga jeritan nurani siswa dan tamparan reflektif bagi dunia pendidikan. Di era Kurikulum Merdeka yang ditopang oleh Kurikulum Berbasis Cinta (KBC), kehadiran guru harus dimaknai sebagai manifestasi tanggung jawab, kasih sayang, dan komitmen terhadap tumbuh kembang peserta didik.

Makna Kehadiran Guru di Kelas
Guru bukan sekadar penyampai materi, tetapi fasilitator kehidupan, inspirator, dan pendamping jiwa. Ketidakhadiran guru di kelas berdampak tidak hanya pada kelangsungan pembelajaran, tapi juga pada ikatan psikologis antara guru dan peserta didik. Dalam KBC, kehadiran guru dimaknai sebagai wujud cinta hadir—cinta yang menjelma dalam bentuk konsistensi, perhatian, dan keteladanan.
Kurikulum Berbasis Cinta: Menyemai Kasih dalam Pembelajaran
Kurikulum Berbasis Cinta menempatkan relasi manusiawi di atas prosedur teknis. Guru dipandang sebagai figur sentral yang membangun iklim kelas penuh kehangatan, bukan ketakutan. Ketika guru absen tanpa alasan kuat atau berulang kali, siswa kehilangan kompas emosionalnya. Cinta dalam pendidikan berarti hadir, menyapa, mendengarkan, dan memanusiakan.

Konsekuensi Ketidakhadiran Guru
Dalam konteks profesionalitas, guru yang tidak masuk kelas secara terus-menerus tanpa pengganti atau solusi alternatif mencederai hak peserta didik atas pendidikan bermutu. Lebih dari itu, ia merusak kepercayaan, menyuburkan sikap permisif, dan menjauh dari nilai-nilai luhur pendidikan. Hal ini bertentangan dengan semangat KBC yang menekankan cinta sebagai tindakan nyata, bukan sekadar slogan.
Menjadi Guru yang Hadir Sepenuh Hati
Hadir secara fisik di kelas belum tentu berarti hadir secara batin. KBC mendorong guru untuk hadir dengan utuh—membawa empati, mendidik dengan hati, dan mengobarkan semangat belajar. Guru yang hadir dengan cinta tidak hanya mengajar, tetapi membangkitkan harapan, membangun mimpi, dan menyalakan makna.

Kesimpulan
Kurikulum Berbasis Cinta menantang para guru untuk tidak hanya sekadar hadir secara administratif, tetapi hadir secara eksistensial. Ungkapan “Katanya guru, kok gak masuk kelas?” adalah panggilan untuk kembali ke jati diri guru sejati—yang hadir bukan karena kewajiban, melainkan karena cinta. Sebab pendidikan sejati tumbuh dari kehadiran yang penuh makna dan kasih.
Penulis: Indra Parimarma (Guru MAN 5 Bogor sejak Tahun 2000)
Write a Facebook Comment
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook
View all comments