KATANYA GURU, KOK GAK MASUK KELAS? (SEBUAH TULISAN OTOKRITIK)
Peran Sentral Guru dalam Perspektif Kurikulum Berbasis Cinta

By Indra Parimarma 14 Jul 2025, 13:59:42 WIB Kurikulum
KATANYA GURU, KOK GAK MASUK KELAS? (SEBUAH TULISAN OTOKRITIK)

Keterangan Gambar : Karena teknologi secanggih apapun, takan pernah bisa menggantikan peran guru di kelas sebagai pendidik


Pengantar 

Kehadiran guru di kelas bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah kehadiran spiritual, emosional, dan intelektual. Ungkapan "Katanya guru, kok gak masuk kelas?" bukan hanya sindiran, tapi juga jeritan nurani siswa dan tamparan reflektif bagi dunia pendidikan. Di era Kurikulum Merdeka yang ditopang oleh Kurikulum Berbasis Cinta (KBC), kehadiran guru harus dimaknai sebagai manifestasi tanggung jawab, kasih sayang, dan komitmen terhadap tumbuh kembang peserta didik.



Makna Kehadiran Guru di Kelas

Guru bukan sekadar penyampai materi, tetapi fasilitator kehidupan, inspirator, dan pendamping jiwa. Ketidakhadiran guru di kelas berdampak tidak hanya pada kelangsungan pembelajaran, tapi juga pada ikatan psikologis antara guru dan peserta didik. Dalam KBC, kehadiran guru dimaknai sebagai wujud cinta hadir—cinta yang menjelma dalam bentuk konsistensi, perhatian, dan keteladanan.

Kurikulum Berbasis Cinta: Menyemai Kasih dalam Pembelajaran

Kurikulum Berbasis Cinta menempatkan relasi manusiawi di atas prosedur teknis. Guru dipandang sebagai figur sentral yang membangun iklim kelas penuh kehangatan, bukan ketakutan. Ketika guru absen tanpa alasan kuat atau berulang kali, siswa kehilangan kompas emosionalnya. Cinta dalam pendidikan berarti hadir, menyapa, mendengarkan, dan memanusiakan.



Konsekuensi Ketidakhadiran Guru

Dalam konteks profesionalitas, guru yang tidak masuk kelas secara terus-menerus tanpa pengganti atau solusi alternatif mencederai hak peserta didik atas pendidikan bermutu. Lebih dari itu, ia merusak kepercayaan, menyuburkan sikap permisif, dan menjauh dari nilai-nilai luhur pendidikan. Hal ini bertentangan dengan semangat KBC yang menekankan cinta sebagai tindakan nyata, bukan sekadar slogan.

Menjadi Guru yang Hadir Sepenuh Hati

Hadir secara fisik di kelas belum tentu berarti hadir secara batin. KBC mendorong guru untuk hadir dengan utuh—membawa empati, mendidik dengan hati, dan mengobarkan semangat belajar. Guru yang hadir dengan cinta tidak hanya mengajar, tetapi membangkitkan harapan, membangun mimpi, dan menyalakan makna.



Kesimpulan

Kurikulum Berbasis Cinta menantang para guru untuk tidak hanya sekadar hadir secara administratif, tetapi hadir secara eksistensial. Ungkapan “Katanya guru, kok gak masuk kelas?” adalah panggilan untuk kembali ke jati diri guru sejati—yang hadir bukan karena kewajiban, melainkan karena cinta. Sebab pendidikan sejati tumbuh dari kehadiran yang penuh makna dan kasih.

Penulis: Indra Parimarma (Guru MAN 5 Bogor sejak Tahun 2000)




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment