Breaking News
- MAN 5 Bogor Apresiasi Siswa Berprestasi Non-Akademik Melalui Pengalungan Medali dan Piagam
- MAN 5 Bogor Menjadi Titik Lokasi Uji Coba/Simulasi Olimpiade Madrasah Indonesia (OMI) 2025
- MAN 5 Bogor Tingkatkan Kesadaran Toleransi Beragama Melalui Kegiatan Pramuka
- Apel Pengukuhan Penegak Laksana MAN 5 Bogor
- Cintai Allah, Cintai Rasulullah SAW
- Bukalah Hatimu untuk Sebuah Cinta kepada Sang Nabi
- MAN 5 Bogor Raih Prestasi di Kejuaraan Bupati Cup 2025
- Gelombang Demonstrasi 25–31 Agustus 2025: Perspektif Agama dan Nilai Kebangsaan
- Doa dalam Islam: Wujud Pengabdian Hamba kepada Allah SWT
- Pengarahan Singkat untuk Pengawas Ruang TKA Diagnostik
MENJADI GURU ADALAH PANGGILAN HATI, BUKAN SEKADAR PROFESI
Tulisan Singkat Sambut Tahun Ajaran Baru 2025/2026

Keterangan Gambar : Menjadi Guru adalah Panggilan Hati
Guru adalah sosok penting dalam proses pendidikan dan pembangunan karakter bangsa. Di tengah pesatnya perkembangan zaman dan tantangan global, peran guru semakin kompleks. Namun, sejatinya menjadi guru bukan hanya tentang mengajar dan memenuhi kewajiban administratif. Lebih dari itu, guru adalah profesi yang lahir dari panggilan hati—sebuah pengabdian yang dilandasi oleh cinta terhadap ilmu dan kemanusiaan.
1. Guru Sebagai Pelita Kehidupan
Dalam pandangan Ki Hajar Dewantara, guru adalah pemimpin yang memberi teladan, membangun kehendak, dan memberikan ide. Ungkapan “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” mencerminkan peran guru yang tidak hanya mengajar tetapi membimbing secara moral dan spiritual. Ini menandakan bahwa guru tidak hanya bekerja secara mekanis, tetapi dengan kesadaran hati dan rasa cinta terhadap peserta didik.

2. Mengajar Bukan Sekadar Tugas, Tapi Pengabdian
Mengajar bukan pekerjaan 8 jam yang berakhir saat bel pulang berbunyi. Banyak guru tetap memikirkan perkembangan anak didiknya di luar jam kerja. Bahkan, ada yang merogoh kocek pribadi untuk membantu siswa yang kesulitan. Hal ini hanya bisa lahir dari ketulusan hati. Sebagaimana dikemukakan oleh Parker J. Palmer (1998) dalam bukunya The Courage to Teach, mengajar yang efektif berasal dari identitas terdalam seorang guru, bukan hanya dari metode dan strategi.

3. Guru dan Nilai-Nilai Kemanusiaan
Menjadi guru berarti menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Guru sejati tidak sekadar menyampaikan materi, tetapi menumbuhkan karakter, empati, dan kepedulian sosial. Guru yang mengikuti panggilan hati akan menjadikan kelas sebagai ruang dialog, bukan sekadar ruang transfer pengetahuan. Ini sejalan dengan pandangan Paulo Freire dalam Pedagogy of the Oppressed (1970), yang menekankan pendidikan sebagai praktik kebebasan, bukan penindasan.

4. Panggilan Hati di Tengah Tantangan Zaman
Di era digital, guru dihadapkan pada tantangan kemajuan teknologi, komersialisasi pendidikan, dan perubahan karakter peserta didik. Namun guru yang menjadikan profesinya sebagai panggilan hati tidak akan kehilangan arah. Ia akan terus belajar, beradaptasi, dan menginspirasi. Bagi mereka, keberhasilan murid adalah kebahagiaan tersendiri, bukan hanya angka dalam laporan kinerja.

Kesimpulan
Menjadi guru bukanlah pilihan mudah. Ia bukan sekadar profesi untuk mencari nafkah, melainkan pengabdian yang memerlukan ketulusan, kesabaran, dan cinta. Guru sejati adalah mereka yang menjadikan profesinya sebagai panggilan hati, bukan sekadar pekerjaan. Ketika seorang guru bekerja dengan hati, maka ia bukan hanya mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi juga menanam benih-benih peradaban masa depan.
Penulis : Indra Parimarma (Guru MAN Parungpanjang/MAN 5 Bogor sejak Tahun 2000)
Write a Facebook Comment
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook
View all comments